www.babadnews.com
Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
Pencitraan Baru Bisa Deteksi Kanker Payudara Agresif Lebih Efektif
Senin, 09 Juni 2025 - 15:46:18 WIB
TERKAIT:
   
 

(BabadNews)  - Kanker payudara triple-negatif (TNBC) adalah salah satu bentuk kanker payudara yang paling agresif dan sulit diobati.

Tidak seperti jenis kanker lainnya, TNBC tidak merespons terapi hormonal atau terapi yang menargetkan HER2, sehingga diagnosis dini dan akurat sangat penting untuk meningkatkan hasil.

Sekarang, tim peneliti telah mengembangkan teknik pencitraan molekuler baru yang menjanjikan yang dapat mendeteksi beberapa subtipe TNBC, yang berpotensi mengubah cara penyakit yang menantang ini didiagnosis dan dikelola.

Penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Nuclear Medicine ini memperkenalkan metode pencitraan baru yang menargetkan protein tertentu di lingkungan tumor yang disebut extra domain A fibronectin (EDA-FN).

Protein ini umumnya ditemukan pada tumor payudara, terutama TNBC, dan tetap stabil di berbagai subtipe.

Konsistensi tersebut menjadikannya target ideal untuk pencitraan pada penyakit yang dikenal karena variabilitas biologisnya yang luas.

TNBC bukanlah penyakit tunggal, melainkan sekelompok subtipe dengan perilaku dan respons pengobatan yang berbeda.

Oleh karena itu, teknik pencitraan tradisional sering kali kesulitan mengidentifikasi semua bentuk penyakit, dan pengembangan alat diagnostik yang efektif tertinggal dari pengembangan alat diagnostik untuk jenis kanker payudara lainnya.

Untuk mengatasi hal ini, para peneliti mengembangkan pelacak PET (positron emission tomography) berdasarkan antibodi monoklonal.

Pelacak tersebut, yang disebut [89Zr]Zr-DFO-F8, dirancang untuk mengikat secara spesifik ke EDA-FN.

Dalam uji lab dan model hewan, pelacak tersebut mampu menemukan dan mengikat tumor TNBC dengan akurasi tinggi.

Pelacak tersebut tidak hanya mendeteksi tumor tetapi juga menyoroti bentuk penyakit yang lebih agresif, yang berkorelasi erat dengan kadar EDA-FN dalam tumor.

Dr. Jason Lewis, peneliti utama dan Ketua di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, menjelaskan pentingnya temuan tersebut. “Kami mengembangkan agen pencitraan ini untuk mengatasi masalah keragaman sel tumor TNBC."

"Dengan menargetkan protein EDA-FN yang stabil di lingkungan sekitar tumor, bukan sel tumor itu sendiri, kami mampu mendeteksi berbagai subtipe TNBC dengan satu alat.”

Dalam penelitian hewan, pelacak berhasil mengidentifikasi tumor TNBC subkutan dan ortotopik (berbasis jaringan payudara).

Penyerapannya pada tumor sesuai dengan jumlah EDA-FN yang ada, menunjukkan kemampuannya untuk secara akurat mencerminkan tingkat keparahan penyakit.

Penelitian ini membuka kemungkinan penggunaan pencitraan berbasis lingkungan mikro tumor, daripada hanya mengandalkan penanda sel tumor.

Hal ini penting karena banyak kanker, terutama yang agresif seperti TNBC, sering kali mengubah atau kehilangan penanda yang diandalkan oleh sebagian besar alat pencitraan.

Menargetkan protein stabil seperti EDA-FN dapat menciptakan metode yang lebih andal untuk mendiagnosis tidak hanya TNBC tetapi juga kanker lain yang sulit dicitrakan.

Dr. Lewis yakin pendekatan ini dapat memperluas penggunaan pencitraan presisi, yang memungkinkan dokter untuk merencanakan perawatan dengan lebih baik dan memantau seberapa baik terapi bekerja.

Pendekatan ini juga dapat membantu dalam memilih pasien untuk uji klinis atau mengidentifikasi mereka yang mungkin mendapat manfaat dari terapi baru yang lebih tertarget.

Meskipun penelitian ini dilakukan dalam model praklinis, hasilnya menjanjikan dan membuka jalan bagi uji klinis mendatang pada manusia.

Jika terbukti berhasil pada pasien, teknik pencitraan ini dapat menjadi tambahan yang berharga bagi alat yang digunakan untuk melawan salah satu bentuk kanker payudara yang paling membandel.

Singkatnya, metode pencitraan baru ini menawarkan harapan untuk diagnosis kanker payudara triple-negatif yang lebih awal dan lebih akurat.

Dengan menargetkan protein yang stabil dan terekspresi secara luas di lingkungan tumor, teknik ini dapat mengatasi keterbatasan pendekatan saat ini dan membantu memandu keputusan perawatan yang lebih baik bagi pasien yang menghadapi penyakit agresif ini.

Temuan penelitian dapat ditemukan di Journal of Nuclear Medicine.

Sumber: Republika.com




 
Berita Lainnya :
  • 3 Bulan Dana Belum Turun, Kantor Lurah Sungai Mempura Gelap-Gelapan Tanpa Listrik
  • PSPS Pekanbaru Fokus Bangkit Hadapi Persiraja di Laga Penutup Putaran Pertama
  • Ubah Sampah Jadi Energi, Gubri Targetkan Riau Miliki Fasilitas PSEL Modern
  • LAN Kuansing Dukung Polda Riau Tertibkan PETI: Jaga Lingkungan dan Ketertiban Sosial
  • Lagi! KMP Swarna Putri Alami Kerusakan, Penyeberangan Bengkalis Lumpuh Total
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Serikat Pekerja Indonesia Laporkan Dugaan Mal-administrasi Pegawai Disnaker Provinsi Riau ke Omdusme
    2 Bertemu Ketua KNPI Pekanbaru 2011-2014, M Yasir Peroleh Banyak Pelajaran BerKNPI
    3 Dilantik Ade Fitra, M Yasir Sah Jabat Ketua PK KNPI Binawidya 2021-2024
    4 Kades Tarai BangunĀ Andra Maistar Lantik Ketua RT dan RW Serentak
    5 Kejagung Periksa Pejabat KLHK, Dugaan Korupsi Oleh Pengelolaan Lahan Hutan di Inhu
    6 Bukit Raya Raih Penghargaan Sebagai Kecamatan Terinovatif 1 Tahun 2020
    7 Tim Basket Putri SMA 1 Kampar Berhasil Melaju ke Babak Kedua, Usai Kalahkan SMA 1 Tandun
    8 Perbaikan Jalan di Kuansing Terus Digesa, Alat Berat Dikerahkan
    9 Hari Ini PLTA Koto Panjang Riau Akan Buka 3 Pintu Waduk Sekaligus
    10 Dibela PEKAT IB, Bupati Ahmad Yuzar Dinilai Tak Cacat Hukum, Sekda Justru Langgar Kode Etik ASN
     
    Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2020-2023 PT. BBMRiau Indo Pers