Iran Tangkap 700 Tentara Bayaran Israel
Kamis, 26 Juni 2025 - 13:46:59 WIB
TEHERAN (BabadNews) – Iran mengumumkan telah menangkap sedikitnya 700 orang yang dianggap sebagai tentara bayaran Israel selama konflik selama 12 hari dengan negara Yahudi tersebut.
Menurut laporan Fars News Agency, Rabu (25/6), mereka diduga kuat terlibat dalam jaringan spionase dan sabotase yang diklaim beroperasi atas nama Israel, terutama badan intelijen Mossad.
“Pada awal serangan Israel terhadap Iran, jaringan mata-mata rezim Zionis sangat aktif di negara itu,” tulis Fars News Agency. Penangkapan besar-besaran berlangsung dalam situasi tegang pascaserangan udara besar-besaran Israel ke wilayah Iran (13/6) yang disebut sebagai Operation Rising Lion.
Fars News Agency juga melaporkan bahwa penangkapan para agen Israel dilakukan di berbagai provinsi. Antara lain Kermanshah, Isfahan, Khuzestan, Fars, dan Lorestan. Namun, belum ada rincian yang dirilis terkait jumlah tersangka yang diamankan di ibu kota Teheran.
Rabu (25/6) pagi waktu setempat, Iran juga mengeksekusi tiga orang yang dituduh bekerja sama dengan Israel. Menurut kantor berita Mizan, mereka yang dieksekusi bernama Idris Ali, Azad Shojai, dan Rasoul Ahmad Rasoul. Ketiganya menyeludupkan peralatan yang digunakan dalam pembunuhan satu orang yang tidak disebutkan namanya.
Sementara itu, Mossad secara terbuka mengakui keterlibatan personel rahasianya dalam menjalankan operasi di dalam wilayah Iran menjelang dimulainya serangan.
Dalam pernyataan ke publik, Mossad menyertakan rekaman video para agennya yang menjalankan misi diam-diam di balik garis pertahanan Iran. Salah satu misi utama adalah mendirikan pangkalan rahasia di dalam Iran untuk meluncurkan drone ke berbagai target militer strategis.
Transit Selat Hormuz Turun
Lalu lintas maritim melalui Selat Hormuz turun signifikan di tengah ketidakpastian gencatan senjata antara Iran dan Israel. Menurut Pusat Informasi Maritim Gabungan (JMIC), transit ke arah timur turun menjadi 49 kapal dan ke arah barat menjadi hanya 42 kapal berdasar data pada Selasa (24/6). Penurunan nyata dari rata-rata sepanjang Juni 2025 yang mencapai 114 transit harian.
Angka-angka tersebut juga menunjukkan penurunan substansial dari hari sebelumnya (23/6). Yaitu ketika ada 67 kapal ke arah timur dan 50 kapal ke arah barat. Bandingkan dengan data JMIC yang menunjukkan bahwa transit harian melalui selat tersebut mencapai 147 pada tanggal 9 Juni atau sebelum konflik Israel-Iran dimulai.
Penurunan aktivitas maritim terjadi setelah gangguan GPS yang terus-menerus di wilayah tersebut dan persetujuan parlemen Iran untuk menutup Selat Hormuz. Kekhawatiran atas potensi pembalasan Iran kemungkinan juga berkontribusi terhadap penurunan tersebut dengan beberapa pemilik kapal memutuskan untuk menghindari wilayah tersebut sama sekali.
Situasi tersebut semakin rumit karena gangguan elektronik yang terus-menerus memengaruhi Sistem Satelit Navigasi Global (GNSS), termasuk di perairan sekitar Selat Hormuz. Alhasil, kapal lebih mengandalkan navigasi berbasis radar dan pengintaian tradisional.
“Gangguan GPS yang memengaruhi GNSS memiliki risiko tinggi, selain tentu saja, membuat waktu transit (di Selat Hormuz) lebih lama,” kata Angeliki Frangou, pemilik kapal kargo dan tanker berbasis di Yunani, Navios Maritime Partners, yang selama ini memanfaatkan Selat Hormuz dalam operasionalnya kepada CNBC.
Data JMIC yang dirilis kemarin (25/6) menekankan bahwa situasi strategis di Selat Hormuz maupun di Timur Tengah yang lebih luas, masih belum pasti. Selat Hormuz sebagai titik sempit paling kritis di dunia untuk minyak yang diangkut melalui laut seperti diketahui mencakup 20 persen dari pasokan minyak global.
Sumber: Cakaplah.com
Komentar Anda :