Presiden Iran Jadi Target Pembunuhan Israel
Rabu, 09 Juli 2025 - 15:01:37 WIB
TEHERAN (BabadNews) - Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengungkapkan bahwa Israel diduga kuat telah mencoba membunuhnya melalui serangan udara yang diarahkan ke lokasi rapat yang sedang dia hadiri. Pernyataan mengejutkan itu disampaikan dalam wawancara eksklusif dengan tokoh media asal Amerika Serikat (AS), Tucker Carlson, yang dirilis pada Senin (7/7) waktu setempat.
Itu menjadi salah satu wawancara pertama Pezeshkian dengan media Barat sejak pecahnya konflik 12 hari antara Iran dan Israel bulan lalu. “Mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai rencana, tetapi mereka gagal,” ujarnya kepada Carlson melalui penerjemah seperti dikutip The Guardian, Selasa (8/7).
“Itu bukan AS. Itu Israel. Aku berada dalam sebuah rapat. Mereka mencoba membombardir area tempat kami menggelar pertemuan tersebut,” sambungnya.
Namun demikian, Pezeshkian tidak secara eksplisit menjelaskan apakah serangan tersebut terjadi selama perang 12 hari atau pada momen lainnya. Meski begitu, tuduhan ini mempertegas bahwa eskalasi antara Teheran dan Tel Aviv telah melampaui dimensi militer dan masuk ke ranah politik tingkat tinggi.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa dirinya pernah mencegah upaya Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Selama perang 12 hari, Israel mengklaim telah membunuh lebih dari 30 pejabat tinggi keamanan dan 11 ilmuwan nuklir Iran.
Netanyahu Tolak Kedaulatan Palestina
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikukuh menolak kedaulatan penuh Palestina. Hal itu diungkapkan Netanyahu setelah dijamu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam sebuah makan malam kenegaraan di Ruang Biru Gedung Putih, Selasa (8/7).
Netanyahu menyatakan, Israel akan tetap mempertahankan kontrol keamanan atas Jalur Gaza. “Orang-orang mungkin mengatakan itu bukan negara yang lengkap. Kita tidak peduli,” katanya seperti dilansir Associated Press.
Meski begitu, Netanyahu sedikit melunak dengan menyebut bahwa Palestina bisa memiliki kewenangan untuk memerintah sendiri asalkan tidak mengancam Israel. Netanyahu merujuk pada serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober 2023 sebagai alasan pembentukan negara Palestina tanpa jaminan.
Hingga kini, masih ada 49 sandera yang ditahan Hamas di Gaza, termasuk 27 orang yang diduga telah tewas. Di sisi lain, Israel terus melanjutkan operasi militer. Militer Israel melaporkan lima tentaranya tewas dan dua luka parah dalam pertempuran di Gaza utara, kemarin.
Sementara itu, Trump tetap mendorong diakhirinya perang antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung di Jalur Gaza selama 22 bulan terakhir. Trump juga mengungkapkan keyakinannya bahwa kelompok Hamas bersedia menghentikan konflik.
“Presiden (Trump) menginginkan Hamas segera menyetujui proposal gencatan senjata yang telah didukung Israel,” kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada AFP.
Pertemuan Trump dan Netanyahu berlangsung saat Israel dan Hamas menjalani hari kedua perundingan tidak langsung di Doha, Qatar. Menurut sumber dari Palestina yang terlibat dalam perundingan di Doha, proposal Amerika mencakup gencatan senjata selama 60 hari. (din/dns/lyn/jpg)
Sumber: Riaupos.com
Komentar Anda :