Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional 8% Dinilai Semakin Sulit Tercapai, Imbas Tarif Trump
Kamis, 10 Juli 2025 - 08:05:21 WIB
JAKARTA (BabadNews) - Target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% dinilai semakin sulit tercapai seiring kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat (AS).
Industri manufaktur sebagai penggerak utama ekonomi diperkirakan semakin tertekan akibat potensi penurunan ekspor.
Senior Research Associate IFG Progress sekaligus dosen Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia Ibrahim Kholilul Rohman menyatakan, target pertumbuhan ekonomi 8% kemungkinan sulit direalisasikan. Hal ini terutama disebabkan oleh belum kuatnya performa sektor manufaktur.
Ibrahim menjelaskan, target ambisius pertumbuhan ekonomi tidak bisa dicapai secara spontan. Sebagai perbandingan, pada era 1990-an ketika ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 8%, industri manufakturnya mencatat pertumbuhan mendekati dua digit selama satu dekade.
Namun saat ini, aktivitas manufaktur Indonesia masih jauh dari harapan. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia justru menurun dari 47,4 pada Mei 2025 menjadi 46,9 pada Juni 2025.
“Manufaktur merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi karena memiliki efek multiplier yang tinggi dan menciptakan banyak lapangan kerja. Jadi secara umum, sektor ini mampu mendorong ekonomi secara cepat,” ujar Ibrahim dalam program Investor Daily Talk, Rabu (9/7/225).
Ia menambahkan, tekanan terhadap sektor manufaktur berpotensi semakin besar dengan kebijakan tarif impor terbaru dari AS. Seperti diketahui, AS akan menaikkan tarif impor terhadap berbagai produk mulai 1 Agustus 2025. Bagi Indonesia, tarif tersebut akan naik dari 10% menjadi 32%.
Kondisi ini diperkirakan akan menekan kinerja ekspor Indonesia, khususnya pada sektor industri padat karya, seperti minyak sawit, sepatu, dan karet. Jika ekspor yang menyumbang sekitar 24% terhadap PDB terkoreksi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya mencapai 4,7%% hingga 4,8.
“Sehingga, untuk mencapai target 8%, dibutuhkan waktu lebih panjang guna meredefinisi kekuatan ekonomi nasional dan merevitalisasi sektor manufaktur,” pungkas Ibrahim.
Sumber: Cakaplah.com
Komentar Anda :