Trump dan Netanyahu Ingin Usir Warga Gaza, Mereka Cari Negara-negara yang Bersedia Menerima Pengungsi Palestina
Kamis, 10 Juli 2025 - 14:54:58 WIB
JAKARTA (BabadNews) -- Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Gedung Putih, Senin (7/7) malam waktu setempat. Kedua pemimpin yang sudah dicap dunia sebagai tukang kacau Timur Tengah itu punya rencana baru.
Rencana keduanya adalah memindahkan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza. Sebuah solusi kontroversial yang jelas merupakan skenario lanjutan dari penjajahan bangsa Palestina. Keduanya pun tengah mencari negara yang mau menampung pengungsi Palestina.
Dalam jamuan makan malam di Blue Room, di tengah geliat negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel di Qatar, Trump dan Netanyahu secara terbuka mendiskusikan proposal yang terdengar lebih seperti pengusiran berjubah 'kemanusiaan'.
"Jika orang ingin tinggal, mereka bisa tinggal, tetapi jika mereka ingin pergi, mereka harus bisa pergi. Seharusnya tidak menjadi penjara. Itu harus menjadi tempat terbuka dan memberi orang pilihan bebas," ujar Netanyahu.
Keduanya mengklaim bahwa warga Gaza sebaiknya diberikan 'pilihan' untuk meninggalkan wilayah yang selama ini telah mereka perjuangkan mati-matian.
Mengutip Al-Jazeera, Netanyahu mengatakan bahwa Israel dan AS kini tengah mencari negara-negara yang 'bersedia' menerima pengungsi Palestina. "Kami bekerja dengan Amerika Serikat sangat erat untuk menemukan negara-negara yang akan berusaha menyadari apa yang selalu mereka katakan, bahwa mereka ingin memberi Palestina masa depan yang lebih baik. Saya pikir kita semakin dekat untuk menemukan beberapa negara," katanya penuh keyakinan, meski tidak menyebutkan negara mana yang siap menampung eksodus besar-besaran ini.
Pernyataan ini jelas memicu gelombang kemarahan di berbagai belahan dunia. Kritikus menyebut wacana ini sebagai bentuk pemurnian etnis terselubung dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.
Apa lagi Trump sudah membuat pernyataan absurd. Visinya yang sempat dikecam luas: menjadikan Gaza sebagai 'Riviera of the Middle East'.
Ya, seperti Las Vegas bertemu Monaco, tapi di atas reruntuhan perang dan darah rakyat Palestina. "So something good will happen," kata Trump dengan enteng, seolah pengusiran massal adalah proyek properti berikutnya.
Alih-alih mengakhiri perang, Trump dan Netanyahu justru menambah bara ke dalam konflik yang sudah membara selama hampir dua tahun. Alih-alih memberikan 'pilihan bebas', langkah ini justru terasa seperti diplomasi dengan ujung laras senapan: tinggal atau pergi, tapi dengan penderitaan sebagai konsekuensi tetap.
Pertanyaannya sekarang: apakah ini upaya damai, atau justru mimpi buruk baru bagi rakyat Gaza? Dunia sedang menanti jawabannya.
Sumber: Riaupos.com
Komentar Anda :