Sumut Diserang Kasus Campak dan Rubela
Selasa, 05 Agustus 2025 - 15:43:27 WIB
(BabadNews) - Dinkes Sumut berdasarkan data surveilans rutin mencatat sebanyak 1.191 kasus suspek campak rubela mulai dari Januari hingga Juli 2025. Dari jumlah itu sebanyak 362 diantaranya kasus positif Campak dan 10 kasus positif Rubela.
"Data tersebut mulai dari Januari hingga Juli 2025. Jadi totalnya ditemukan 362 kasus positif campak dan 10 kasus rubella," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Faisal Hasrimy melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sumut Novita Saragih, Minggu (3/8).
Novita menjelaskan terdapat 12 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang melaporkan kejadian luar biasa (KLB) Campak dengan rincian sebagai berikut Medan (159 kasus positif), Deli Serdang (101), Tebing Tinggi (16), Tapanuli Selatan (9), Dairi (7), Padanglawas (7), Tapanuli Tengah (6), Samosir (4), Padanglawas Utara (3), Mandailing Natal (3), Binjai (2), dan Pematang Siantar (2).
"Dalam menanggulangi KLB Campak di Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Sumut telah melakukan tindakan berupa penyelidikan epidemiologi (PE), yakni pelacakan kontak erat serta penemuan kasus tambahan di sekitar domisili penderita (lingkungan rumah/tetangga, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya)," ucapnya.
Kemudian, Dinas Kesehatan Sumut melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengalami KLB, koordinasi lintas sektor dengan pihak sekolah, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat, melakukan survei cepat komunitas terkait imunisasi.
"Dinas Kesehatan Sumut juga melakukan kajian epidemiologi serta penyusunan mikroplaning untuk persiapan imunisasi untuk respons KLB (outbreak response immunization/ORI)," urainya.
Menurut Novita imunisasi campak-rubela (MR) termasuk dalam imunisasi dasar lengkap (IDL). Hingga 31 Juli 2025, capaian IDL sebesar 38,66% dari target: 58% atau peringkat 5 secara nasional. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi terhadap kasus campak di Sumatera Utara, maka terdapat sebanyak 56% kasus tidak pernah mendapatkan imunisasi MR.
"Meskipun sudah divaksin MR, anak masih bisa terkena campak, meskipun risikonya jauh lebih kecil dan gejala yang dialami cenderung lebih ringan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk efektivitas vaksin yang tidak selalu 100%, kemungkinan infeksi terjadi sebelum vaksin bekerja optimal, atau adanya paparan virus campak yang sangat tinggi," terangnya.
Faktor lain penyebab campak pada anak meski sudah vaksin yakni daya tahan tubuh. Saat daya tahan tubuh menurun dan orang di sekitarnya sedang ada yang terpapar campak, anak lebih berisiko tertular.
"Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya informasi dan kesadaran masyarakat, keraguan terhadap vaksin karena adanya informasi yang salah (hoaks)," katanya.
Puskesmas dan rumah sakit, tambah Novita, memiliki peran penting dalam deteksi dini dan penanganan campak. Puskesmas berperan dalam surveilans aktif, deteksi kasus, dan penanganan awal, sementara rumah sakit memberikan penanganan lanjutan, termasuk perawatan suportif dan penanganan komplikasi.
"Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) swasta juga sangat berarti dalam meningkatkan penemuan dan pelaporan kasus suspek campak," sebutnya.
Sumber: Riaumandiri.com
Komentar Anda :