Trump Gagal Wujudkan Pertemuan Putin-Zelensky, Rusia Ajukan Syarat Berat
  Senin, 25 Agustus 2025 - 09:02:34 WIB
 
  
  
    
      
WASHINGTON (BabadNews) - Upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjembatani pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kandas. Moskow menegaskan dialog hanya mungkin terjadi jika Ukraina lebih dulu memenuhi tuntutan lama Rusia.
Hanya 4 hari setelah deklarasi optimisnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan Putin menolak bertemu dengan Zelensky, kecuali Ukraina lebih dahulu menyetujui tuntutan lama Moskow terkait penyelesaian perang. Pernyataan itu memupus harapan Trump yang sempat mengeklaim terobosan dalam misi perdamaiannya.
Trump yang selama kampanye berjanji mengakhiri perang Rusia-Ukraina pada “hari pertama” masa jabatannya, menyebut dirinya akan mengambil keputusan baru dalam 2 minggu jika negosiasi langsung tak juga terwujud. Ia bahkan membuka kemungkinan menjatuhkan sanksi atau tarif baru terhadap Rusia.
“Kalau mereka tidak mau bertemu, saya akan tahu apa yang harus saya lakukan dalam 2 minggu,” ujar Trump kepada wartawan.
Awalnya, Trump menuai sambutan positif dari para pemimpin Eropa setelah mengumumkan rencana pertemuan Putin-Zelensky seusai pembicaraan di Gedung Putih. Janjinya untuk mendukung jaminan keamanan bagi Ukraina pascaperang juga sempat menumbuhkan optimisme. Namun, dalam hitungan hari, sikap Rusia kembali menutup celah diplomasi.
Lavrov menegaskan pertemuan puncak tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat.
“Putin siap bertemu dengan Zelensky ketika agenda sudah jelas. Dan saat ini, agenda itu sama sekali belum siap,” katanya dalam wawancara dengan NBC.
Sementara itu, Putin justru menegaskan kekuatan negaranya dengan mengunjungi Sarov, kota yang menjadi pusat program nuklir Rusia sejak 1940-an. Langkah itu dianggap sebagai sinyal bahwa Moskow tidak melunak meski ada tekanan internasional.
Di sisi lain, Ukraina bersama sekutu Barat mendesak jaminan keamanan baru untuk mencegah agresi Rusia di masa depan.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte yang bertemu Zelensky di Kyiv menyatakan dukungan terhadap proposal dua lapis, yakni memperkuat militer Ukraina pascaperang dan memberikan komitmen keamanan dari AS dan Eropa.
Namun, para diplomat Eropa memperingatkan adanya “jebakan” dalam strategi Putin. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menilai tuntutan agar Ukraina menyerahkan wilayahnya hanyalah cara Rusia memperlambat proses perdamaian.
“Mereka ingin kita masuk ke perangkap itu. Rusia tidak pernah memberi konsesi apa pun, sementara merekalah agresornya,” tegas Kallas.
Ketidakpastian ini kian terasa setelah Rusia melancarkan salah satu serangan udara terbesar tahun 2025, menargetkan Ukraina barat dengan ratusan drone dan puluhan rudal balistik. Zelensky menuding Moskow sengaja menghindari perundingan.
“Masalahnya bukan pertemuan itu sendiri, tetapi mereka tidak ingin mengakhiri perang," kata Zelensky.
Dengan sikap keras Rusia dan tuntutan yang belum bisa diterima Ukraina, upaya Trump menjembatani perundingan Putin-Zelensky tampaknya masih jauh dari berhasil.
	
    
    
	
	
Komentar Anda :