Nyawa Melayang karena Salah Sasaran, Kasus Affan Jadi Alarm Kekerasan Negara
  Kamis, 11 September 2025 - 11:52:23 WIB
 
  
  
    
      
JAKARTA  (BabadNews) – Kematian Affan Kurniawan membuka mata publik tentang bahaya kekerasan aparat dalam mengendalikan aksi massa. Bagi TAUD, Affan hanyalah warga sipil yang sedang bekerja, namun gagal dibedakan dari demonstran hingga meregang nyawa.
Wakil Ketua YLBHI, Arif Maulana, menjelaskan bahwa Affan baru saja menuntaskan pesanan di sebuah pusat kebugaran dekat lokasi bentrokan di Pejompongan, Jakarta Pusat. Saat kericuhan pecah, ia ikut berlari menyelamatkan diri. “Affan merunduk untuk mengambil handphone yang jatuh, tepat saat rantis melaju kencang zigzag membubarkan massa. Tubuhnya tertabrak dan terlindas ban depan,” ujar Arif dalam konferensi pers di kantor KontraS, Rabu (10/9/2025).
Fakta ini diperkuat oleh analisis video open source intelligence (Osint) dan kesaksian saksi mata. Menurut Arif, kegagalan aparat membedakan warga sipil dengan massa aksi fatal bagi nyawa Affan. “Ia hanyalah warga yang sedang bekerja. Aparat seharusnya melindungi, bukan mengorbankan,” tegasnya. 
Peristiwa tragis itu terjadi Kamis (28/8/2025) di Jalan Penjernihan I, Jakarta Pusat. Dari tujuh anggota Brimob dalam rantis, baru dua yang disidang etik. Kompol Kosmas Kaju Gae diberhentikan tidak dengan hormat (PTDH), sedangkan Bripka Rohmat dijatuhi sanksi demosi tujuh tahun. Lima anggota lain masih menunggu proses hukum internal. 
Kematian Affan memicu sorotan tajam terhadap standar operasi aparat keamanan. Alih-alih menjaga ketertiban, cara brutal justru menambah korban jiwa dari kalangan masyarakat biasa. Bagi TAUD, kasus Affan adalah peringatan keras bahwa kekerasan negara harus dihentikan sebelum lebih banyak nyawa tak berdosa melayang. ***
	
    
    
	
	
Komentar Anda :