Konten Dewasa Pengaruhi Otak dan Kehidupan Seksual, Sistem Kerjanya Hampir Sama dengan Kecanduan Narkoba
Jumat, 19 September 2025 - 16:00:06 WIB
JAKARTA (BabadNews) -- Terlalu sering melihat konten dewasa ternyata akan mempengaruhi cara kerja otak. Makanya tak heran saat ini gambar dan flim dewasa sangat gampang ditekuman.
Dalam salah satu video dari kanal YouTube psikologi populer yakni Psych2go, dijelaskan banyak penelitian menunjukkan bahwa kecanduan materi dewasa dapat memengaruhi cara kerja otak, sistem penghargaan (reward system), hingga mengubah struktur otak layaknya kecanduan narkoba. Hal ini tentu perlu diperhatikan, karena otak yang terbiasa mendapatkan rangsangan instan dari tayangan dewasa akan mengalami perubahan signifikan dalam jangka panjang.
Keberadaan video atau gambar mungkin awalnya hanya memicu rasa penasaran. Namun, yang sering diabaikan adalah bagaimana kebiasaan ini bisa berkembang menjadi kecanduan dan memberikan dampak serius, terutama pada otak dan kesehatan seksual seseorang.
Dalam kanal YouTube psikologi Psych2go disebutkan, ketika seseorang menonton konten dewasa, otak akan melepaskan dopamin, yaitu hormon yang memberikan rasa senang dan puas. Masalahnya, jika dilakukan terlalu sering, otak akan 'belajar' untuk terus mencari dopamin dari materi dewasa. Kondisi ini mirip dengan efek kecanduan kokain atau narkoba lainnya, di mana otak membutuhkan rangsangan lebih banyak untuk mencapai kepuasan yang sama.
Jika merasa mulai kesulitan mengendalikan kebiasaan menonton tayangan dewasa, jangan ragu untuk mencari bantuan. Mengurangi paparan, mencari kegiatan pengganti yang positif, serta berkonsultasi dengan profesional bisa menjadi langkah awal yang tepat. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati dan kepuasan seksual hanya bisa ditemukan melalui hubungan nyata, bukan sekadar ilusi dari layar.
Sebuah molekul bernama DeltaFosB (protein yang terakumulasi di otak sebagai respons terhadap paparan berbagai jenis zat adiktif dan perilaku kompulsif seperti penggunaan narkoba, alkohol, atau nikotin) juga terbentuk dalam otak akibat konsumsi tayangan dewasa berlebihan. Molekul ini bekerja layaknya 'saklar' yang memperkuat kebiasaan, sehingga semakin sulit bagi seseorang untuk berhenti menonton konten tersebut.
Sebuah penelitian pada pria berusia 20 hingga 40 tahun menunjukkan bahwa mereka yang terlalu sering mengonsumsi tayangan dewasa cenderung memiliki skor rendah dalam International Index of Erectile Function (IIEF). Indeks ini digunakan untuk mengukur kualitas ereksi, hasrat seksual, hingga kepuasan hubungan seksual. Hasilnya, mereka yang terbiasa mencari kepuasan dari konten digital dewasa justru mengalami kesulitan saat berhubungan dengan pasangan di kehidupan nyata.
Ternyata bukan hanya otak yang terdampak, tetapi juga kehidupan seksual. Banyak penelitian medis menemukan bahwa kecanduan materi dewasa berkaitan erat dengan disfungsi ereksi, penurunan hasrat seksual, hingga ketidakpuasan dalam hubungan intim yang nyata.
Hal lain yang perlu disadari adalah bagaimana materi dewasa membentuk ilusi tentang seks. Seseorang bisa jadi lebih menikmati konten digital dibandingkan keintiman dengan pasangan.
Akibatnya, hubungan nyata terasa membosankan, bahkan dapat memicu ketidakpuasan dalam rumah tangga. Inilah yang membuat banyak pakar menekankan pentingnya edukasi dan kesadaran sejak dini tentang risiko adiksi konten dewasa.
Ingat. Kecanduan materi dewasa bukanlah masalah sepele. Dampaknya bukan hanya sekadar membuat seseorang menghabiskan banyak waktu di depan layar, tetapi juga bisa mengubah struktur otak, memengaruhi kesehatan seksual, hingga merusak hubungan nyata dengan pasangan. Sama seperti kecanduan zat berbahaya lainnya, kecanduan konten dewasa bekerja secara diam-diam namun efeknya bisa menghancurkan kualitas hidup seseorang.
Komentar Anda :