www.babadnews.com
Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
Kuala Selat: Ribuan Hektare Kelapa Mati, Mangrove Hadirkan Harapan Baru
Jumat, 26 September 2025 - 10:11:17 WIB
TERKAIT:
   
 

(BabadNews) – Ribuan hektare kebun kelapa di Desa Kuala Selat, Indragiri Hilir, mati akibat abrasi dan air asin yang merembes dari tanggul jebol. Namun, program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) kini hadir, bukan sekadar menanam bakau, tetapi juga menanam harapan bagi masyarakat pesisir.

Pertemuan dengan para juru kunci program ini berlangsung di Sungai Guntung, Indragiri Hilir, pada sebuah Rabu malam di akhir September 2025. Suara burung dan hembusan angin menemani Media Gathering yang digelar oleh pengelola M4CR. Acara yang dihadiri media lokal dan nasional ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan pembuka tabir sebuah upaya monumental memulihkan pesisir Riau yang kian rentan.

“Banyak data yang menyebutkan bahwa deforestasi habitat mangrove, terutama di pesisir kepulauan, sangat ngeri sekali,” ujar Arif Fahrurozi, Manager PPIU M4CR Provinsi Riau, menggambarkan urgensi yang dihadapi. “Kehadiran M4CR menjadi jawaban dengan pendekatan 3M: Meningkatkan, Memulihkan, dan Mempertahankan.”

Data terbaru menunjukkan Indonesia memiliki 3,4 juta hektare mangrove, atau 20% dari total dunia, menjadikan negeri ini "tuan rumah" mangrove terbesar. Sebagai negara kepulauan terbesar, hal ini adalah sekaligus keuntungan dan tantangan berat. Pada 2024 lalu, M4CR Riau telah berhasil merehabilitasi 1.683 hektare dengan melibatkan langsung 1.128 masyarakat, di mana sistem pembayaran upah harian dilakukan non-tunai untuk memastikan akuntabilitas.

 “Peningkatan kesejahteraan adalah kunci bagaimana kita mampu menjaga dan meningkatkan ekosistem mangrove, dan itu semua ada di project M4CR,” tegas Arif Fahrurozi. “Masyarakat Riau terlibat di M4CR bukan hanya dapat upah, tapi juga berinvestasi untuk anak cucu.”

Kuala Selat, Episentrum Kerusakan dan Harapan

Perjalanan menuju Kuala Selat keesokan harinya seperti menyusuri lorong waktu bencana yang bergerak lambat. Ribuan pohon kelapa yang dulu menjadi "emas hijau" dan sumber kehidupan masyarakat, kini berdiri kaku, menyisakan batang kelapa tanpa kepala, bagai monumen kegagalan melawan alam. Inhil adalah kabupaten dengan luas perkebunan kelapa terbesar di Riau, sebuah anugerah yang kini makin terkikis.

 Kuala Selat, sebuah desa di delta tempat banyak anak sungai bermuara ke Selat Malaka, menjadi contoh nyata kerusakan itu. Tanggul yang jebol akibat tingginya tekanan saat gelombang air laut pasang membuat air asin membanjiri dan membunuh kebun kelapa masyarakat. Total kerusakan mencapai 1.800 hektare kebun kelapa rakyat.

 “Kerugian ekonominya sangat luar biasa,” ujar Arif Fahrurozi. “Kami berencana merehabilitasi 429 hektare di Kuala Selat, yang seluruhnya adalah bekas kebun kelapa yang terendam air asin.”

Dukungan untuk M4CR tidak hanya datang dari tingkat proyek. Para pengelola kawasan hutan di tingkat provinsi dan unit pelaksana teknis juga memberikan dukungan penuh. Mereka melihat proyek ini sebagai bagian dari solusi jangka panjang yang tidak hanya memulihkan ekosistem tetapi juga membangun ketahanan masyarakat pesisir.

“Kita di BPDAS sangat support kegiatan ini karena jika pesisir tidak tahan, rembesan air asin akan masuk ke pedalaman,” jelas Arif Adi Suhastyo dari BPDAS Indragiri Rokan. “Capaian M4CR mungkin lebih karena secara terstruktur juga membangun ekonomi dan memperbaiki ekosistem.”

 Pengalaman lapangan mengajarkan bahwa faktor non-teknis seringkali lebih menentukan keberhasilan program seperti ini. Teori menanam yang bagus harus diimbangi dengan semangat dan kelembagaan masyarakat yang kuat. Karena itulah, M4CR tidak hanya fokus pada penanaman tetapi juga menyertakan skema pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menciptakan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan.

“Kelembagaan. Biarpun teori tanam kita bagus, kalau masyarakatnya tidak punya impian untuk maju dengan mangrove, kegagalan besar,” tambah Arif Adi Suhastyo. “Orang dikasih contoh, tetangga sebelah lihat bagus, nanti ikut. Itulah pentingnya media gathering ini, untuk menularkan keberhasilan.”

Di tingkat lapangan, kepala UPT KPH Mandah, Joko Yuni Purwanto, mengenang bagaimana program serupa di masa pandemi menjadi "berkah" dengan mendongkrak perekonomian warga pesisir yang terpuruk. Namun, setelahnya, program itu mandek, hingga M4CR hadir. Dia menekankan pentingnya peralihan ketergantungan masyarakat dari hasil hutan kayu, seperti arang dari bakau, ke hasil hutan bukan kayu yang lebih berkelanjutan.

“Kalau pagi hari masyarakat melihat mangrove dan perutnya lapar, dia akan menebang. Tapi dengan pemberdayaan, ini akan beralih,” ujar Joko Yuni Purwanto. “M4CR sudah memulai melalui UMKM-nya, seperti pembesaran kepiting dan pembuatan amplang. Ini akan menjadi sumber mata pencaharian baru.”

Suara dari Pelaku Utama: Kelompok Masyarakat

Di Desa Kuala Selat sendiri, para pelaku utama program ini berbicara. Suara mereka adalah bukti nyata dampak dan tantangan di lapangan. Nurizawati, Ketua KTH Mekar Bersama, dengan lantang memaparkan peran perempuan yang fokus pada pembibitan dan persiapan logistik, meski menghadapi tantangan seperti ular berbisa dan gelombang pasang.

“Peran perempuan di KTH Mekar Bersama yaitu mempersiapkan segala sesuatu dari pembibitan, penanaman, hingga membersihkan sampah di tempat pembibitan,” ujarnya. “Dampak M4CR sudah dirasakan. Dulu ada kelapa, lalu abrasi. Setelah M4CR datang, menambah perekonomian masyarakat.”

Sementara itu, Husni Tamrin, Ketua KUPS Madu Kelulut Sejahtera, menunjukkan botol berisi madu keemasan hasil dari pemberdayaan M4CR. Promosi telah dilakukan melalui pameran di Pekanbaru dan Banyuwangi atas dukungan proyek tersebut. Produk ini menjadi bukti nyata bagaimana pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan dengan peningkatan ekonomi warga.

“Kepada M4CR yang telah memperhatikan kami, membantu beberapa stok madu kelulut yang kami kelola di hutan desa,” ucap Husni Tamrin dengan syukur. “Alhamdulillah, perekonomian masyarakat terbantu.”

Kendala teknis di lapangan diungkapkan oleh Poryanto, Ketua KTH Selat Berseri. Tantangan terbesarnya adalah mengangkut bambu untuk penanaman sistem rumpun berjarak di medan lumpur yang sulit. Sebagai pemilik kebun kelapa yang rusak, dia merasakan kesedihan mendalam melihat sumber penghidupan masyarakat hilang seketika akibat abrasi.

“Tantangannya ya masalah melangsir bambu. Medannya lumpur, susah dilewati,” kata Poryanto. “Masyarakat biasa dapat penghasilan 200 ribu per hari dari kelapa. Sekarang, dapat 200 ribu sehari sulit. Anak-anak mau sekolah jadi terbeban.”

Menanam Mangrove, Menanam Masa Depan

Senja mulai menyapu Kuala Selat. Di kejauhan, siluet “genosida kelapa” mulai Nampak mengecil. Diantaranya masih terdapat bibit-bibit mangrove yang masih segar dan bugar. Mangrove ini telah jadi simbol ketangguhan dan penolakan terhadap kepasrahan.

M4CR hadir sebagai katalisator yang memadukan ilmu, pendanaan, dan kepercayaan pada masyarakat sebagai ujung tombak. Proyek ini memahami bahwa memulihkan ekosistem tanpa memulihkan ekonomi masyarakat adalah ibarat menanam di laut pasang; akan mudah terkikis. Skema padat karya, sekolah lapang, dan pendampingan UMKM adalah benih-benih yang ditanam bersamaan dengan bibit mangrove.

“Kami sebagai masyarakat berharap ke depannya bisa ada batu pemecah ombak,” pungkas Poryanto, mewakili harapan bersama. “Supaya kebun masyarakat yang di sebelah atas mangrove itu ke depannya bisa kami kelola lagi, agar perekonomian yang lemah sekarang ini bisa lebih meningkat.”

Kisah Kuala Selat adalah potret mikro dari pertaruhan besar Indonesia di garis depan perubahan iklim. Di sini, di pesisir yang terus diterpa ombak, sebuah pelajaran berharga ditorehkan: rehabilitasi yang berkelanjutan hanya akan tumbuh subur di atas tanah yang disirami oleh kesejahteraan. M4CR, dengan pendekatan 3M-nya, sedang berusaha mewujudkan precisely itu: Memulihkan ekologi, Meningkatkan ekonomi, dan pada akhirnya, Mempertahankan kehidupan yang lebih baik untuk Riau dan dunia. ***




 
Berita Lainnya :
  • Tujuh Rakit Penambang Emas Ilegal Diamankan di Sungai Setingkat Kampar
  • Supir Antre Sejak Sabtu, Penyeberangan Bengkalis Lumpuh Akibat Kapal Rusak
  • BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Riau, Hujan Disertai Petir Berpotensi Terjadi Hari Ini
  • DPRD Riau Utamakan Program Masyarakat, Bantuan Vertikal Bisa Ditunda
  • PEKAT IB Riau Soroti Rencana Aksi FPMK-Riau: Jangan Jadi Alat Kepentingan Politik
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Serikat Pekerja Indonesia Laporkan Dugaan Mal-administrasi Pegawai Disnaker Provinsi Riau ke Omdusme
    2 Bertemu Ketua KNPI Pekanbaru 2011-2014, M Yasir Peroleh Banyak Pelajaran BerKNPI
    3 Dilantik Ade Fitra, M Yasir Sah Jabat Ketua PK KNPI Binawidya 2021-2024
    4 Kades Tarai BangunĀ Andra Maistar Lantik Ketua RT dan RW Serentak
    5 Kejagung Periksa Pejabat KLHK, Dugaan Korupsi Oleh Pengelolaan Lahan Hutan di Inhu
    6 Bukit Raya Raih Penghargaan Sebagai Kecamatan Terinovatif 1 Tahun 2020
    7 Tim Basket Putri SMA 1 Kampar Berhasil Melaju ke Babak Kedua, Usai Kalahkan SMA 1 Tandun
    8 Perbaikan Jalan di Kuansing Terus Digesa, Alat Berat Dikerahkan
    9 Hari Ini PLTA Koto Panjang Riau Akan Buka 3 Pintu Waduk Sekaligus
    10 Dibela PEKAT IB, Bupati Ahmad Yuzar Dinilai Tak Cacat Hukum, Sekda Justru Langgar Kode Etik ASN
     
    Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2020-2023 PT. BBMRiau Indo Pers