Panas! Bahlil Sebut Menkeu Salah Baca Data Subsidi LPG, Purbaya: Cara Hitungnya Beda
Sabtu, 04 Oktober 2025 - 11:20:47 WIB
(BabadNews) - Ketegangan antara Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mencuat usai keduanya berbeda pandangan soal data subsidi LPG 3 kilogram. Bahlil menilai ada kekeliruan data, sementara Purbaya menyebut perbedaan hanya soal cara membaca.
Dalam rapat bersama Komisi XI DPR pada 30 September 2025, Purbaya mengungkap adanya selisih harga barang-barang subsidi yang selama ini ditanggung pemerintah.
Satu di antaranya adalah LPG 3 kg, yang memiliki harga keekonomian Rp 42.750 per tabung, namun masyarakat hanya membayar Rp 12.750. Dengan demikian, pemerintah menanggung Rp 30.000 per tabung.
“Untuk LPG 3 kg, subsidi mencapai 70 persen dari harga keekonomian. Pola serupa terjadi pada listrik, solar, dan minyak tanah,” jelas Purbaya, dikutip dari kumparan, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Purbaya menyebut realisasi subsidi pada 2024 mencapai Rp 80,2 triliun dengan 41,5 juta pelanggan penerima manfaat.
Bahlil Lahadalia kemudian menanggapi pernyataan Purbaya. Menurutnya, ada kekeliruan dalam data yang dipaparkan tersebut.
“Itu mungkin Menkeu-nya salah baca data itu. Ya mungkin (Purbaya) butuh penyesuaian, belum dikasih masukan oleh dirjennya dengan baik atau oleh timnya,” kata Bahlil di Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Kamis, 2 Oktober 2025.
Bahlil menilai data subsidi energi, khususnya LPG, masih dalam proses pematangan dan melibatkan kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
"BPS itu kan kerja sama dengan tim di ESDM. Jadi mungkin Pak Menterinya belum baca data kali itu ya,” ujarnya.
Ia bahkan kembali memastikan aturan terkait subsidi LPG saat ini sedang dieksekusi. Ia menambahkan, BPH Migas selama ini mengawasi subsidi LPG yang nilainya sekitar Rp 80 triliun hingga Rp 87 triliun per tahun.
Sehari kemudian, Purbaya menanggapi pernyataan Bahlil. Ia menyebut perbedaan bisa terjadi, karena perbedaan cara melihat data.
Ia menegaskan informasi yang ia sampaikan sesuai dengan laporan stafnya.
“Salah data? Mungkin cara ngeliat datanya beda. Kan hitung-hitungan kadang-kadang kalau dari akuntan kan kadang-kadang beda caranya,” kata Purbaya saat kunjungan kerja di Kudus, Jawa Tengah, Jumat, 3 Oktober 2025.
"Tapi saya yakin pada akhirnya besarannya sama juga. Kalau salah hitung bisa nambah duit saya salah hitung terus biar uang nambah. Tapi harusnya sama pada akhirnya," imbuh Purbaya.
Komentar Anda :