Topan Kalmaegi Terjang Filipina, 140 Orang Tewas dan Ratusan Hilang
Kamis, 06 November 2025 - 16:00:12 WIB
(BabadNews) - Topan Kalmaegi menghantam Filipina tengah dan menimbulkan bencana besar. Sedikitnya 140 orang tewas dan 127 lainnya hilang akibat banjir serta angin kencang yang meluluhlantakkan wilayah Cebu dan sekitarnya. Pemerintah Filipina menetapkan status bencana nasional, sementara tim penyelamat masih mencari korban di bawah puing dan lumpur.
Menurut basis data bencana EM-DAT, Topan Kalmaegi tercatat sebagai topan paling mematikan di dunia sepanjang tahun 2025. Banjir besar yang terjadi di sejumlah kota di Cebu digambarkan belum pernah terjadi sebelumnya. Air bah menyapu mobil, gubuk-gubuk di tepi sungai, bahkan kontainer pengiriman besar, menandakan betapa kuatnya amukan alam ini.
Dilansir dari Detik, Kantor Pertahanan Sipil Nasional Filipina pada Kamis (6/11/2025) mengonfirmasi 114 korban tewas. Namun, jumlah itu belum termasuk 28 korban tambahan yang tercatat oleh otoritas Provinsi Cebu. Tim penyelamat masih terus mencari ratusan orang yang dilaporkan hilang di berbagai wilayah terdampak.
Kota Liloan di dekat ibu kota Provinsi Cebu menjadi salah satu daerah yang paling parah terdampak. Di sana, setidaknya 35 jenazah ditemukan, sementara mobil-mobil terlihat saling bertumpuk akibat terjangan air. Atap-atap rumah warga robek, dan lumpur menutupi sebagian besar area kota. Warga setempat masih berusaha menggali puing dan lumpur untuk mencari keluarga mereka yang belum ditemukan.
Chyros Roa, seorang ayah dua anak berusia 42 tahun, menceritakan kisah menegangkan saat keluarganya berhasil selamat dari banjir berkat anjing peliharaannya.
"Arusnya sangat kuat. Kami mencoba memanggil bantuan tetapi tidak ada yang datang." "Kami diberi tahu bahwa tim penyelamat tersapu arus," ujarnya.
Dikutip dari Detik, Presiden Filipina Ferdinand Marcos langsung menetapkan status “bencana nasional” pada Kamis (6/11/2025). Langkah ini memungkinkan pemerintah mengalokasikan dana bantuan darurat serta menetapkan batas harga tertinggi untuk kebutuhan pokok agar mencegah lonjakan harga di tengah situasi krisis.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa intensitas badai seperti Topan Kalmaegi semakin meningkat akibat dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Lautan yang semakin hangat mempercepat penguatan topan, sementara atmosfer yang lebih lembap menimbulkan curah hujan ekstrem. Dilansir dari Detik, para pakar menegaskan bahwa kombinasi faktor tersebut membuat badai-badai masa kini semakin sulit diprediksi dan lebih mematikan dibandingkan sebelumnya.
Bencana ini menjadi pengingat serius bagi Filipina, negara yang kerap dilanda badai tropis setiap tahun, untuk memperkuat sistem peringatan dini dan infrastruktur tanggap bencana. Pemerintah serta lembaga kemanusiaan kini bekerja keras menyalurkan bantuan dan memulihkan wilayah yang luluh lantak akibat terjangan Topan Kalmaegi.(MG/AND)
Komentar Anda :