www.babadnews.com
Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
Pemilu dan Fenomena Gangguan Jiwa
Sabtu, 02 Maret 2024 - 14:17:49 WIB
TERKAIT:
   
 

(BABADNEWS) - Antusiasme untuk menjadi wakil rakyat dan daerah tergambar dari data calon yang maju untuk DPR RI yaitu 9.917 orang dengan jumlah kursi yang tersedia hanya 580, DPD dari 668 calon memperebutkan 152 kursi. Sedangkan untuk tingkat provinsi para calon memperebutkan sebanyak 2.372 kursi, dan untuk Kabupaten/Kota sebanyak 17.510 kursi. Sementara banyaknya calon jumlahnya berkali lipat dari Kursi yang tersedia, sebagian besarnya sudah dipastikan gagal, sehingga sangat beresiko mengalami gangguan jiwa (mental disorder).

Fenomena Pilu di Pemilu

Bertarung di arena pemilu begitu menguras energi, dalam keadaan budaya politik elit dan masyarakat yang belum membaik membuat ongkosnya begitu besar. Tidak sedikit mereka yang berani menjual aset, menggadaikannya hingga meminjam uang untuk memperjuangkan keyakinan politiknya itu. Melihat tingginya harapan yang tidak seimbang dengan jatah kursi yang tersedia membuat beberapa rumah sakit memprediksi akan ada dampak kejiwaan bagi para calon nantinya sehingga butuh perawatan khusus pasca pemilu.

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr Ildrem Provinsi Sumatera Utara saat itu telah menambah ruang tempat tidur sebanyak 100 dari 300 yang sudah tersedia (Kompas/18/2/2024). Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau juga melakukan penguatan pada poli khusus untuk antisipasi kemungkinan adanya calon yang gagal dan mengalami depresi saat pemilihan pada 14 Februari mendatang (Riaupos/2/2024). Termasuk di beberapa rumah sakit lainnya  di Indonesia juga menyiapkan hal yang sama seperti yang kita baca di jendela media.

Dalam rangkuman penulis, banyak kisah pilu pasca pemilu 14 Februari 2024 lalu, seperti Depok Jawa Barat, sejumlah calon wakil rakyat mendatangi dokter untuk berkonsultasi terhadap gejala jiwa telah mereka alami karena gagal terpilih 14 Februari lalu. (Media Indonesia/21/2/2024). Kemudian sehari setelah pemilu, terhitung 40 calon mendaftarkan dirinya dibagian perawatan kejiwaan RSUD Tamansari, Jakarta Barat. (Harian Disway/19/2/2024).

Baru-baru ini beredar pula video seorang calon yang diduga stres akibat gagal dalam Pemilu. Saking stresnya, pria tersebut mengenakan setelan jas setiap hari seolah-olah sudah menjadi anggota dewan (www.tvOnenews.com?/27/2/2024). Ada lagi video yang beredar di media sosial yang diduga stres lantaran gagal dalam Pemilu meminta kembali uang yang telah ia berikan. Calon wakil rakyat di Kecamatan Sempu, menarik kembali bantuan paving block yang akan digunakan untuk pemavingan jalan kampung Dusun Panjen dan Sumberejo Banyuwangi Jawa Timur. (Kompas/19/2/2024)

Namun yang lebih pilu lagi adanya calon yang menyuruh sejumlah orang untuk membongkar kuburan warga. Peristiwa ini terjadi di Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dalam keterangan video disebutkan bahwa warga itu telah dimakamkan dua tahun lalu di tanah sang calon, namun lantaran keluarganya tak memilihnya, makamnya diminta untuk dipindahkan. (Tempo.co. 20/2/2024)

Beberapa fenomena ini pada umumnya disebabkan oleh gagal dan stres karena sudah menghabiskan uang saat berkampanye, mereka terlalu percaya diri menjadi pemenang namun ternyata bertolak belakang.

Mencari Penyebab

Dalam teori sosial kognitif, bahwa perilaku seseorang tergantung pada harapannya (expectancy) dari hasil yang telah ia usahakan. Dorongan untuk menjadi wakil rakyat dan daerah telah menawarkan berbagai harapan terutama soal perbaikan ekonomi dan tensi apresiasi di tengah masyarakat. Dan bukan rahasia lagi bahwa pendapatan menjadi Anggota DPR, DPD dan DPRD termasuk cukup tinggi dibanding dengan berbagai profesi lainnya. Ditambah dengan uang tunjangan, uang rapat, uang jalan maupun komisi-komisi lainnya, banyak yang tiba-tiba kaya dengan menjadi legislatif dan wakil rakyat, memiliki rumah mewah, mobil bermerk. Sisi lain secara sosial penghargaan terhadap mereka juga tinggi.

Harapan yang begitu besar ketika berhadapan dengan realitas yang bertolak belakang, tentu akan menguras energi psikologis dalam mengahadapi tekanan, hal ini yang memicu stress ditambah lagi oleh tekanan dari luar dan dalam. Dari dalam berupa harapan yang begitu besar namun tidak realistis, dan tekanan luar berupa tekanan lingkungan yang semakin besar oleh persaingan yang ketat dan sebagainya, hal ini yang menghantarkan pada tingkat stress, frustasi atau depresi. Ketika mengalami kecemasan berlebihan, rasa khawatir kehilangan, depresi dan stres makan inilah indikator dari seseorang telah mengalami gejala kejiwaan.

Meluruskan Niat

Hemat penulis gangguan jiwa yang dialami selain memang persoalan kejiwaan diri setiap orang, juga tidak bisa dilepaskan dari faktor motivasi (niat) awal ketika ia mencalonkan diri. Walaupun kadang secara lisan sering dipoles atas nama rakyat, tapi tidak jarang orientasi asli dominan semata hanya untuk membangun pundi ekonomi dan kekuasaan, dan semangat ini dirasakan lumrah oleh publik, makanya mereka siap secara habis-habisan dalam memperolehnya sehingga disaat tidak tercapai, jiwanya mengalami keguncangan yang luar biasa.

Dalam perspektif Islam, niat merupakan titik tolak dimana dan hendak kemana kita berangkat, niat yang mulia akan mendapat hasil dan balasan yang mulia pula, Tuhan sendiri menilai semua aktivitas manusia itu bertolak dari apa yang ia niatkan, kalau ia punya niat baik makan akan mendapat banyak ke baikan dan keselamatan, sebaliknya niat yang sempit akan dapat menjadi belenggu bagi diri dan masyarakat. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya semua perbuatan diawali dengan niat, setiap orang akan mendapatkan sesuatu berdasarkan niatnya" (HR. Bukhari Muslim)

Semestinya kita harus menyiapkan diri ketika mau bertarung diarena pemilu, setidaknya punya sikap siap menang siap kalah. Libatkan Tuhan dalam proses, luruskan niat, maksimalkan ikhtiar, agar jiwa tidak merasa hampa akan nilai-nilai perjuangan. Terlebih perjuangan diarena politik dan kekuasaan adalah posisi mulia untuk membangun kemaslahatan umat dan bangsa, maka selayaknya setiap insan meluruskan niat dan tidak memisahkan diri dari keterlibatan Tuhan di dalam proses itu, akan tetapi dalam perjuangan orang sering begitu percaya diri sehingga semata tertumpu pada kedigdayaan rasio dan materi yang terbatas, sehingga ketika berhadapan dengan realitas yang bertolak belakang dari harapan jiwanya mengalami kegoncangan. Semoga dalam setiap perjuangan kita senantiasa meluruskan niat agar tidak salah niat yang akan dapat memakan diri oleh ulah cara pikir sendiri.

Sumber: Cakaplah.com




 
Berita Lainnya :
  • Ketua Bawaslu Riau Alnofrizal Minta Seleksi Tertulis Panwascam Rohul Dievaluasi Menyeluruh
  • Siaga Bencana Banjir Bandang di Sumatera Barat, BPBD Belum Terima Laporan Ada Warga Riau Jadi Korban
  • Kepulauan Meranti Menuju Masa Depan yang Lebih Sehat: Plt Bupati Serahkan 8 Mobil Ambulans dan Pusli
  • Klaim Dapat 32 Ribu Dukungan, Turyono-Lilik Mendaftar ke KPU Siak Lewati Jalur Independen
  • Besok Bupati Siak Alfedri Dijadwalkan Bakal Lepas Ratusan CJH
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Serikat Pekerja Indonesia Laporkan Dugaan Mal-administrasi Pegawai Disnaker Provinsi Riau ke Omdusme
    2 Bertemu Ketua KNPI Pekanbaru 2011-2014, M Yasir Peroleh Banyak Pelajaran BerKNPI
    3 Dilantik Ade Fitra, M Yasir Sah Jabat Ketua PK KNPI Binawidya 2021-2024
    4 Kades Tarai BangunĀ Andra Maistar Lantik Ketua RT dan RW Serentak
    5 Kejagung Periksa Pejabat KLHK, Dugaan Korupsi Oleh Pengelolaan Lahan Hutan di Inhu
    6 Bukit Raya Raih Penghargaan Sebagai Kecamatan Terinovatif 1 Tahun 2020
    7 Perbaikan Jalan di Kuansing Terus Digesa, Alat Berat Dikerahkan
    8 Camat Sukajadi Rahma Ningsih Apresiasi Donor Darah Kedung Sari
    9 Ayat Cahyadi : Rencana Belajar Tatap Muka Tunggu Arahan Kemendikbud
    10 Putus Mata Rantai Covid-19,
    Tiga Pilar Kelurahan Bencah Lesung Semprot Disinfektan Pemukiman Warga RT 02 RW 01
     
    Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2020-2023 PT. BBMRiau Indo Pers