Cina Peranakan di Malaysia dan Partisipasi Politik
Sabtu, 18 Mei 2024 - 14:48:36 WIB
(BABADNEWS) - Umumnya, orang-orang Cina yang berimigrasi ke Semenanjung Malaya, mendiami daerah yang bernama Temasik yang sekarang dikenal dengan negara Singapura, negara (negeri) bagian Malaka (Malacca) dan negara (negeri) bagian pulau Penang. Temasik (Singapura) dulunya merupakan bagian dari Federasi Malaya sebelum Singapura memisahkan diri dari Semenanjung Malaya.
Diperkirakan dua ribu orang-orang Cina dari Tanah Besar Cina (Tiongkok) telah berimigrasi ke Malaka dan enam ribu ribu ke Pulau Penang. Oleh yang demikian, tingkat populasi di kedua negara (negeri) bagian tersebut, meningkat dengan pesat. 65% hingga 75% mayoritas penduduk di kedua negara (negeri) bagian tersebut merupakan etnis Cina. Orang-orang Cina (Tionghoa) sejak abad ke 19 telah berimigrasi secara besar-besaran ke Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia) yang mana, Semenanjung Malaya menjanjikan harapan bagi orang-orang Cina tersebut untuk berimigrasi. Diperkirakan lebih kurang lima ribu, orang-orang Cina dari Tanah Besar Cina (RRC) telah berimigrasi ke Semenanjung Malaya.
Semenanjung Malaya ketika itu, kaya akan sumber daya alam berupa timah. Awal mulanya, orang-orang Cina tersebut merupakan pekerja kontrak dan setelah kontrak mereka selesai, mereka kembali ke Negara asalnya yaitu Republik Rakyat Cina (RRC). Namun, setelah ditemukannya Sumber Daya Alam berupa, Timah di Semenanjung Malaya, imigrasi secara besar-besaran mulai dilakukan secara bergelombang. Kontak dagang antara orang-orang Cina dan Melayu pada abad ke 19 tersebut, diyakini sebagai latar belakang mulainya imigrasi orang-orang Cina dari Tanah Besar Cina (RRC) ke Semenanjung Malaya. Pemerintahan (dinasti) Manchu (1644-1911) ketika itu sangat korup dan tidak efisien dalam mengelola pemerintahan. Lahan pekerjaan bagi penduduk setempat sangat langka. Banyak rakyat khususnya petani dieksploitasi. Pemberontakan terhadap pemerintah telah terjadi pada tahun 1850 khususnya di wilayah propinsi selatan Republik Rakyat Cina tersebut.
Akibat dari masalah tersebut, banyak rakyatnya melarikan diri ke Semenanjung Malaya untuk menghindari perlakuan kasar dari pemerintahan Manchu. Akibat kemiskinan itu pula, pemerintah sukar untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya, yang mana jumlah populasi penduduk semakin meningkat yang tidak diikuti oleh ketersediaan lahan pekerjaan yang memadai. Akibat dari semua itu, pengangguran semakin menjadi permasalahan yang cukup serius. Faktor lain, berupa bencana alam sering pula melanda Tanah Besar Cina (RRC) yang semakin menimbulkan masalah seperti wabah penyakit dan kurangnya bahan sandang dan pangan.
Sepanjang abad ke 18 hingga abad ke-19 Orang-orang Cina yang berasal dari Tanah Besar Cina (The Republic People of China) yang berimigrasi ke Semenanjung Malaya lebih banyak memilih dan mendiami Negara (negeri) Malaka (Malacca), Pulau Penang dan Temasik (Singapura). Sebagai dampaknya, orang-orang Cina Perantauan (Overseas Chinese) tersebut berasimilasi dan bersosialisasi serta menjalin kontak dengan penduduk setempat. Kesulitan dalam masalah kewarganegaraan yang mana, Republik Rakyat Cina (RRC) yang menganut system dwi kewarganegaraan (Ius Sanguinis) telah menjadi masalah bagi kaum pria untuk membawa istri mereka ke Semenanjung Malaya. Oleh Negara RRC, semua orang Cina yang berada di luar negaranya dianggap sebagai warga negaranya.
Akibatnya, banyak dari kaum pria tersebut mengawini perempuan Melayu setempat. Cucu dan keturunan mereka telah mewariskan sejarah di Tanah Semenanjung Malaya. Oleh mereka hal ini disebut dengan “Straits Chinese“ (selat bagi orang-orang Cina”. Cina peranakan di Semenanjung Malaya ini lebih dikenal dengan sebutan “Babas”dan “Nonyas”. Sebutan “Babas” ini, lebih digunakan untuk pihak laki-laki, sedangkan perempuannya disebut dengan “Nonyas”. Orang-orang Cina peranakan ini dalam kesehariannya juga mencoba berbicara dalam Bahasa Melayu, makan dengan menu Melayu serta memakai pakaian serba Melayu. Bagi mereka, asimilasinya secara total masuk ke dalam budaya dan kultur Melayu.
Jauh sebelum Malaya (Malaysia) merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957 yang di Proklamirkan oleh Tunku Abdul Rahman dalam perayaan secara seromonial di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur, partisipasi politik masyarakat Cina Malaysia telah disalurkan dalam partai politik yang mewakili dari kaum etnis Cina Malaysia. Partai politik tersebut adalah MCA (Malayan Chinese Association) atau Asosiasi Cina Malaysia. Kata Malayan telah diganti dengan Malaysian sehubungan dengan penggantian Malaya dengan Malaysian (Malaysia). MCA dibentuk pada tahun 1946 oleh Tan Cheng Lock yang awal mulanya di sebut Dewan Pan-Malaya yang bertujuan untuk melindungi kepentingan orang Cina Malaysia terhadap keputusan pemerintah Inggris bagi pembentukan Kesatuan Malaya (Malayan Union).
Namun secara resminya, Malayan Chinese Association ini terbentuk pada tahun 1949 dengan Presiden pertamanya, Tan Cheng Lock. Partai MCA ini dibentuk antara lain dengan berbagai macam pertimbangan. Orang Cina, melihat keberhasilan Partai UMNO (The United Malays’ National Organization) dalam melindungi kepentingan kaum Melayu. Partai MCA melihat tanpa adanya suatu Partai Politik sendiri, mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa baik secara politik maupun ekonomi.
Oleh sebab itu, orang Cina Malaysia lebih dikenali di Malaysia sebagai Kampung Baru, maksudnya, Malaysia sebagai kampung yang baru bagi mereka setelah Tanah Besar Cina sebagai tanah leluhur mereka. Dengan keadaan yang demikian, pada tahun 1952, perubahan konstitusi telah dilakukan untuk mengatur masalah kewarganegaraan khususnya bagi orang Cina Malaysia. Bagaimanapun, orang-orang Cina Malaysia telah meraih kesuksesan dan dapat diterima sebagai warga negara yang juga memiliki andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.
Sumber: Cakaplah.com
Komentar Anda :