www.babadnews.com
Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
Tiga Kunci Keberkahan untuk Pedagang
Rabu, 05 Juni 2024 - 14:54:45 WIB
TERKAIT:
   
 

(BABADNEW) - Perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak dahulu kala. Pedagang pun adalah sebuah profesi yang mulia. Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi utusan Allah telah mencari nafkah dengan berdagang.

 

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS al-Baqarah: 275).

Meniru Rasulullah

Suku Quraisy, yang darinya Nabi Muhammad SAW berasal, dikenal sebagai kaum pedagang. Rasulullah SAW pun mewarisi bakat berbisnis dari pamannya yang juga seorang tokoh Quraisy, Abu Thalib. Saat berusia dewasa, reputasi beliau kian cemerlang di tengah masyarakat.

Nabi SAW dikenal luas sebagai pedagang yang ulet, amanah, dan jujur. Beliau cermat dalam melihat segmentasi konsumen sehingga mampu “membaca” dengan tepat permintaan pasar. Tidak pernah sekalipun menyembunyikan kualitas barang dagangannya. Tidak pula mengurangi takaran. Akhlaknya mesti ditiru, khususnya oleh mereka yang ingin sukses dalam berbisnis.

Tidak menimbun

Dalam berbisnis, seorang Mukmin hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Ia tidak boleh berlaku zalim, semisal menimbun barang-barang kebutuhan pokok masyarakat. Penimbunan itu bertujuan menjual kembali komoditas tersebut ketika harganya naik. Alhasil, masyarakat umum dirugikan karena sikap tamak si penimbun.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan menimbun barang-barang kecuali orang yang berdosa (khathi’un)” (HR Muslim). Perkara itu jangan dianggap sepele. Allah menyebut Firaun, Hamman, dan bala tentaranya dengan sebutan yang sama.

Pahami tiga asas

Dalam perspektif Islam, kearifan terkait perniagaan bertumpu pada tiga asas, yakni persamaan, pemerataan distribusi, dan tidak berlebihan. Yang pertama itu berarti bahwa setiap orang, dalam memperoleh haknya, mesti tidak mengganggu hak orang lain. Yang kedua berarti kecenderungan untuk menghindari monopoli.

Pada saat yang sama, hak-hak dan kesempatan setiap orang dijamin dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi. Terakhir, Islam mengajarkan manusia agar tidak melakukan konsumsi yang berlebihan. Keserakahan adalah salah satu penyakit hati.(rep)

 

Sumber: radar pekanbaru. Com




 
Berita Lainnya :
  • UAS Imbau Masyarakat Tenang, Klarifikasi Bahwa Gubernur Riau Hanya Dimintai Keterangan oleh KPK
  • 3 Bulan Dana Belum Turun, Kantor Lurah Sungai Mempura Gelap-Gelapan Tanpa Listrik
  • PSPS Pekanbaru Fokus Bangkit Hadapi Persiraja di Laga Penutup Putaran Pertama
  • Ubah Sampah Jadi Energi, Gubri Targetkan Riau Miliki Fasilitas PSEL Modern
  • LAN Kuansing Dukung Polda Riau Tertibkan PETI: Jaga Lingkungan dan Ketertiban Sosial
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Serikat Pekerja Indonesia Laporkan Dugaan Mal-administrasi Pegawai Disnaker Provinsi Riau ke Omdusme
    2 Bertemu Ketua KNPI Pekanbaru 2011-2014, M Yasir Peroleh Banyak Pelajaran BerKNPI
    3 Dilantik Ade Fitra, M Yasir Sah Jabat Ketua PK KNPI Binawidya 2021-2024
    4 Kades Tarai BangunĀ Andra Maistar Lantik Ketua RT dan RW Serentak
    5 Kejagung Periksa Pejabat KLHK, Dugaan Korupsi Oleh Pengelolaan Lahan Hutan di Inhu
    6 Bukit Raya Raih Penghargaan Sebagai Kecamatan Terinovatif 1 Tahun 2020
    7 Tim Basket Putri SMA 1 Kampar Berhasil Melaju ke Babak Kedua, Usai Kalahkan SMA 1 Tandun
    8 Perbaikan Jalan di Kuansing Terus Digesa, Alat Berat Dikerahkan
    9 Hari Ini PLTA Koto Panjang Riau Akan Buka 3 Pintu Waduk Sekaligus
    10 Dibela PEKAT IB, Bupati Ahmad Yuzar Dinilai Tak Cacat Hukum, Sekda Justru Langgar Kode Etik ASN
     
    Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2020-2023 PT. BBMRiau Indo Pers