www.babadnews.com
Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
Ribuan Tentara Israel Menderita Gangguan Kesehatan Mental yang Disebabkan Oleh Trauma Selama Perang
Selasa, 22 Oktober 2024 - 08:26:26 WIB
TERKAIT:
   
 

TEL AVIV (BabadNews) - Perang di Gaza antara Israel dan Palestina tidak hanya membawa luka dan trauma bagi warga Gaza dan sekitarnya, tetapi juga para tentara Israel yang disebut IDF. Beberapa bahkan memutuskan bunuh diri karena tak kuat menghadapi efek perang.

Salah satunya Eliran Mizrahi, seorang pria beranak empat. Ia diterjunkan ke Gaza usai Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Setelah enam bulan di medan perang, tentara cadangan itu ditarik pulang. Ia kembali menjadi orang yang sangat berbeda, efek trauma dari hal yang disaksikannya selama perang di wilayah Gaza.

Mengutip CNN, Senin (21/10/2024), keluarganya memberitahu bahwa pria itu berusaha mengatasi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang dialaminya. Namun sebelum akan kembali dikirim ke medan perang, dia memutuskan bunuh diri. "Dia keluar dari Gaza, tapi Gaza tidak bisa keluar darinya. Dan dia meninggal setelah itu, karena pasca-trauma," kata ibunya, Jenny Mizrahi.

Militer Israel mengatakan pihaknya merawat ribuan tentara yang menderita PTSD atau gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh trauma selama perang. Tidak jelas berapa banyak orang yang bunuh diri karena IDF belum memberikan angka resmi.

Dalam setahun terakhir, agresi militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 42.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sementara, PBB melaporkan bahwa sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Kini, konflik meluas ke Lebanon yang membuat sejumlah tentara tambah ketakutan.

"Banyak dari kami sangat takut untuk direkrut kembali untuk berperang di Lebanon," kata seorang petugas medis IDF yang bertugas selama empat bulan di Gaza kepada CNN, berbicara tanpa menyebut nama karena sensitifnya masalah tersebut. "Saat ini banyak dari kita yang tidak mempercayai pemerintah."

Bagi banyak tentara, perang di Gaza adalah perjuangan demi kelangsungan hidup Israel dan harus dimenangkan dengan cara apa pun. Namun, perjuangan itu memakan korban mental karena stigma yang melekat, sebagian besar tidak terlihat.

Hasil wawancara dengan tentara Israel, petugas medis, dan keluarga Mizrahi memberikan gambaran tentang beban psikologis yang ditimbulkan oleh perang terhadap masyarakat Israel. Mizrahi dikerahkan ke Gaza pada 8 Oktober tahun lalu dan ditugaskan mengemudikan buldoser D-9, kendaraan lapis baja seberat 62 ton yang mampu menahan peluru dan bahan peledak.

Dia adalah warga sipil hampir sepanjang hidupnya, bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan konstruksi Israel. Setelah menyaksikan pembantaian yang dilakukan Hamas, dia merasa perlu untuk melawan, kata Jenny.

Anggota pasukan cadangan tersebut menghabiskan 186 hari di daerah kantong tersebut hingga terluka di lututnya, diikuti dengan kerusakan pendengaran pada Februari 2024 ketika sebuah granat berpeluncur roket (RPG) menghantam kendaraannya, kata keluarganya. Dia ditarik keluar dari Gaza untuk perawatan, dan pada April 2024 didiagnosis menderita PTSD, dan menerima terapi bicara mingguan.

Namun, terapi itu tidak membantu. "Mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka (tentara)," kata Jenny, yang tinggal di pemukiman Ma’ale Adumim di Tepi Barat yang diduduki Israel. "Mereka (tentara) mengatakan perang itu sangat berbeda. Mereka melihat hal-hal yang belum pernah dilihat di Israel."

Sejumlah tentara yang bertempur di daerah kantong mengatakan kepada CNN bahwa mereka menyaksikan kengerian yang tidak dapat dipahami oleh dunia luar. Itu pula yang memengaruhi Mizrahi sebelum bunuh diri.

Ketika Mizrahi sedang cuti, dia selalu marah-marah, berkeringat, susah tidur dan menarik diri dari pergaulan, kata keluarganya. Dia mengatakan kepada keluarganya bahwa hanya mereka yang berada di Gaza bersamanya yang bisa memahami apa yang dia alami.

"Dia selalu berkata, tidak ada seorang pun yang akan mengerti apa yang dia lihat," kata saudara perempuannya, Shir.

Sang ibu berpikir putranya telah membunuh seseorang dan tidak dapat mengatasinya. "Dia melihat banyak orang meninggal. Mungkin dia bahkan membunuh seseorang. (Tapi) kami tidak mengajari anak-anak kami melakukan hal seperti ini," katanya. "Jadi, ketika dia melakukan ini, sesuatu seperti ini, mungkin itu mengejutkannya."

Sumber: Cakaplah.com




 
Berita Lainnya :
  • Sore hingga Dini Hari, Sejumlah Wilayah Riau Berpotensi Hujan Lebat dan Petir
  • Harga Emas Antam Anjlok Rp26.000, Saat Tepat untuk Beli?
  • BPBD Kampar Padamkan Dua Titik Karhutla di Salo, Lahan Hampir 5 Hektare Hangus
  • Masak Jam Dua Pagi, DPRD Pekanbaru Khawatir Makanan Sekolah Tak Aman Dikonsumsi
  • Penyidikan Dugaan Korupsi CSR Rp19 Miliar PT SPRH Masuk Tahap Penentuan Tersangka
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Serikat Pekerja Indonesia Laporkan Dugaan Mal-administrasi Pegawai Disnaker Provinsi Riau ke Omdusme
    2 Bertemu Ketua KNPI Pekanbaru 2011-2014, M Yasir Peroleh Banyak Pelajaran BerKNPI
    3 Dilantik Ade Fitra, M Yasir Sah Jabat Ketua PK KNPI Binawidya 2021-2024
    4 Kades Tarai BangunĀ Andra Maistar Lantik Ketua RT dan RW Serentak
    5 Kejagung Periksa Pejabat KLHK, Dugaan Korupsi Oleh Pengelolaan Lahan Hutan di Inhu
    6 Bukit Raya Raih Penghargaan Sebagai Kecamatan Terinovatif 1 Tahun 2020
    7 Tim Basket Putri SMA 1 Kampar Berhasil Melaju ke Babak Kedua, Usai Kalahkan SMA 1 Tandun
    8 Perbaikan Jalan di Kuansing Terus Digesa, Alat Berat Dikerahkan
    9 Dibela PEKAT IB, Bupati Ahmad Yuzar Dinilai Tak Cacat Hukum, Sekda Justru Langgar Kode Etik ASN
    10 Hari Ini PLTA Koto Panjang Riau Akan Buka 3 Pintu Waduk Sekaligus
     
    Otonomi | Pekanbaru | Rohil | Opini | Indeks
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2020-2023 PT. BBMRiau Indo Pers